Melawan dengan Penyadaran

(Warga Melintasi Ladang Menuju Tebing Hawu Cidadap/Dok. Pribadi)

Tahun 2009. Deden Syarif Hidayat (34) gundah gulana. Kampung halaman tempat ia lahir dan bertumbuh kembang tak ubahnya seperti neraka. Eksploitasi penambangan kapur yang terjadi sejak tahun 1970-an di bentang karst Citatah benar-benar membuat ruang hidupnya nelangsa. Dentum dinamit, debu-debu kapur yang berterbangan, kekeringan akibat tergerusnya sumber mata air, adalah pemandangan jamak yang dirasakannya sedari usia kanak. 

Ini belum menghitung keanekaragaman hayati yang hilang, raibnya daerah resapan, pergeseran tanah, tergerusnya lahan produktif hijau, kerusakan situs bersejarah, lubang bekas tambang yang menjadi potensi bencana baru, hingga terjadinya wabah penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) yang sanggup merenggut kehidupan kapan saja. Beberapa tahun lalu bahkan lebih dari 50 rumah harus dipindahkan lantaran terjadi pergeseran tanah yang mengkhawatirkan.

Deden ingat betul, sepanjang tahun 2011-2013 saja nyaris setiap bulan terdengar kabar kematian akibat destruksi aktivitas tambang. Mulai dari penambang yang tertimpa bebatuan, jatuh dari ketinggian lantaran prosedur keselamatan yang minim, hingga backhoe yang teruruk longsoran material tambang. Data puskesmas kecamatan Cipatat juga mencatat, rata-rata warga penduduk kecamatan itu mengalami infeksi saluran pernafasan akut (ISPA).

Manfaat yang diraup dari aktivitas pertambangan sungguh tak berbanding lurus dengan maha kerugian yang harus ditanggung masyarakat. Baik kerugian berupa kesehatan, ekonomi, maupun ketahanan ekologi yang berkelanjutan.

Dari Eksploitasi ke Konservasi

(Masjid Cidadap/Dok. Pribadi)

Deden lahir di kampung Cidadap, desa Padalarang, kecamatan Padalarang, kabupaten Bandung Barat. Kampung seluas ± 130 Ha ini terdiri dari dua RW (12 dan 13) dan 5 RT. Berpenduduk sekitar 760 jiwa dengan profesi rata-rata sebagai penambang. Profesi ini berlangsung sejak tahun 1970-an dan turun temurun hingga penghujung tahun 2016.

Di jalur sepanjang kecamatan Padalarang hingga kecamatan Cipatat terdapat bentang karst bernama Citatah yang sudah sejak lama diganggu kerakusan penambang. Baik oleh penambang kelas gurem (anemer) hingga pabrik berskala besar. Padahal di sepanjang bentang karst tersebut terdapat puluhan peninggalan bersejarah, puluhan sumber mata air, dan kaenakaragaman hayati yang tak terhitung jumlahnya. 

Kondisi ini tentu menggiriskan. Kekayaan alam yang mustinya sanggup menjadi anugerah yang mensejahterakan, justru menjadi musibah yang tak berkesudahan. Karena itu sejak tahun 2009, Deden bersama kawan-kawan menginisiasi pembentukan Forum Pemuda Peduli Karst Citatah (FP2KC). Forum ini berisikan para pemuda lintas kecamatan di bentang karst Citatah yang ingin keberlangsungan lingkungannya kembali normal. 

(Deden Syarif Hidayat/Dok. Pribadi)

Layaknya aktivis pemuda pada umumnya, awalnya para anggota FP2KC menggunakan jalur-jalur advokasi secara frontal. Dari mulai litigasi hingga demonstrasi. Akibatnya, banyak anggota FP2KC yang harus berurusan dengan pihak yang berwajib. Bahkan Deden mengaku, teror dan intimidasi dari para pengusaha tambang saat itu telah menjadi makanan rutinnya setiap hari.  

Tapi seiring berjalannya waktu Deden dan kawan-kawan sadar. Upaya perlawanan seperti itu hanya akan menghabiskan waktu dan korban. Maka sejak pertengahan tahun 2014 strategi yang dipakai berubah 180 derajat. Dari advokasi hukum menuju advokasi penyadaran dari bawah. Gerakan yang tadinya frontal berubah haluan menjadi gerakan kultural yang lebih mendidik dan tepat bidikan.  

Deden bersama kawan-kawan komunitas FP2KC mulai mencanangkan program penyadaran yang lebih membumi. Dari mulai membuat konsep sekolah hijau hingga wisata berbasis konservasi. Dengan langkah ini, dua mimpi terlaksana: berhentinya upaya perusakan lingkungan dan terbukanya katup kesadaran warga perihal konsep lingkungan yang berkelanjutan.

(Model Edukasi Sekolah Hijau/Dok. KBA Cidadap)

Sekolah Hijau adalah konsep yang ditelurkan komunitas FP2KC terhadap seluruh peserta didik di semua sekolah di kampung Cidadap. Visi-misinya adalah hendak membiasakan siswa-siswi agar mencintai lingkungan sedari dini. Sebab, dalam keyakinan komunitas ini mencintai lingkungan adalah manifestasi dari keberagaman seseorang. Programnya berisi pembuatan mural-mural edukatif, program menabung sampah (tiap hari Sabtu), dan edukasi terhadap siswa agar bisa memanfaatkan sampah menjadi sesuatu yang bernilai.  

Kendati langkah tersebut sangat sederhana, tetapi dampaknya sungguh terasa. Terbukti kian hari profesi penambang kian hilang tergerus gerakan perubahan. Mayoritas warga beralih profesi menjadi petani, pengelola wisata konservasi, dan mengembangkan sektor ekowisata jambu biji yang sempat padam. “Bahkan bos tambang asal Cidadap, Abah Asep, kini sudah beralih profesi menjadi ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Cidadap”, ucap Deden girang.

(Cidadap Berbenah/Dok. KBA Cidadap)

Demikian juga dengan wisata berbasis konservasi. Satu demi satu area tambang berhasil mereka “ambil alih” untuk dijadikan wisata konservasi. Tentunya dengan semangat swadaya dan usaha melobi pihak-pihak pemangku kebijakan tanpa kenal lelah. Ini dilakukan semata untuk meyakinkan warga secara umum bahwa tanpa tambang pun, kawasan lindung karst bisa menjadi pundi-pundi ekonomi yang menjanjikan.

Terbukti, sejak kawasan wisata konservasi dibuka, grafik kunjungan wisatawan kian hari kian menampakkan angka yang menggembirakan. Baik itu dari wisatawan lokal maupun internasional. Para pemuda pun secara bergilir menjadi pemandu dan provider wisata minat khusus seperti panjat tebing, rappelling/abseiling, hammocking hingga camping.

Untuk kawasan eks-tambang yang sudah dijadikan wisata konservasi-edukatif di antaranya adalah Stone Garden, Tebing Masigit, dan Pasir Pawon (terletak di kecamatan Cipatat). Yang sedang dalam proses adalah Tebing Hawu dan Tebing Pabeasan (terletak di kampung Cidadap kecamatan Padalarang) serta Jungle Stone yang berisi taman keanekaragaman hayati (terletak di desa Citatah kecamatan Padalarang). 

(Tebing Hawu dan Pabeasan dari Berbagai Sisi/Dok. Pribadi)


Peran Astra 
(Dok. Pribadi)

Astra Honda Motor (AHM) diam-diam memperhatikan geliat pergerakan pemuda Cidadap. Tak hanya memperhatikan, AHM bahkan menyambut secara antusias biduk kapal optimisme yang sudah dikayuh para pemuda Cidadap. Buktinya, sejak pertengahan 2017, AHM mengikrarkan diri untuk menjadi pendamping setia dalam upaya konservasi alam di kampung yang 50% lahannya telah tergerus ekspansi tambang ini.

Berbagai program pelatihan dan bantuan sarana prasarana AHM berikan. Terutama yang berkaitan dengan program empat pilar Astra: pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan pemberdayaan. Misalnya pelatihan tentang tata kelola lingkungan seperti pilah sampah, komposter, pengembangan tanaman hidroponik hingga pembuatan kerajinan dari pemanfaatan sampah non-organik.

(Deden dan Toni Dua Aktivis Cidadap/Dok. Pribadi)

Begitu juga dengan program bantuan. Dalam bidang pendidikan, AHM memberikan seperangkat alat kesenian (angklung) untuk sekolah MI Al-Mujtahidin Cidadap dan papan edukasi di area wisata konservasi. Dalam lini kesehatan, AHM menggelontorkan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk Posyandu Cidadap.

(MCK, Sumur Bor, dan Komposter/Dok. Pribadi)

Untuk pembenahan lingkungan, AHM memberikan lima komposter dan tong sampah edukatif. Juga ratusan bibit jeruk yang ditanam di setiap halaman depan rumah warga kampung Cidadap. Dalam hal pemberdayaan, AHM memberikan peralatan rajut keterampilan untuk ibu-ibu wali murid PAUD Melati Cidadap. Bahkan belakangan PAUD Melati menjadi Pusat Pengembangan Kerajinan Sampah. Selain itu, juga ada pengembangan kebun hidroponik yang berisi bayam, kangkung, cakcoy, sosin, dan selada bokor. 

Sarana prasarana juga tidak ketinggalan. AHM membuat sumur bor sebagai langkah antisipasi kekeringan, gazebo di area wisata konservasi, papan-papan edukasi, satu tempat wudlu, dan membangun dua MCK yang representatif. Pembangunan dua MCK di bale sawala dan mushalla ini sungguh sangat disyukuri warga Cidadap. Sebab sejak ada MCK di sentra-sentra pertemuan warga ini, kegiatan menjadi kian hidup dan bersemangat. Puncaknya, pada Juni 2017 Astra Honda Motor menjadikan kampung Cidadap sebagai Kampung Berseri Astra dengan konsep desa wisata lingkungan (ecovillage).

(Wajah Baru Cidadap/Dok. Pribadi)

“Program sosial kemasyarakatan AHM di KBA Cidadap meliputi pendidikan, kesehatan, lingkungan dan pemberdayaan masyarakat yang produktif. AHM bersama Pemerintah Daerah khususnya Dinas Lingkungan Hidup Bandung Barat membantu dalam bentuk pendampingan dan pemberian sarana prasarana untuk mendukung berbagai aktivitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di Cidadap”, ujar Djunaedi Syarif, CSR Departement Astra Honda Motor.

Tak hanya itu. Dalam waktu dekat AHM bahkan akan mengembangkan program berikutnya berupa peningkatan ekonomi produktif. Seperti pembuatan industri kreatif dari produk unggulan desa Cidadap berupa jambu biji dan panganan khas Bandung Barat lainnya. Dengan ini, “AHM berharap ke depan Cidadap sanggup menjadi roles model kemandirian masyarakat dalam membangun kelestarian lingkungan, meningkatkan taraf hidup, mandiri secara ekonomi, dan berakar pada budaya lokal (sunda) yang produktif”, ucap Djunaedi memungkasi.


(Toni di Balai KBA Cidadap/Dok. Pribadi)


Menyambut Cidadap Berseri

(Deden di Kebun Hidroponik/Dok.Pribadi)

Deden bersyukur, inisiatifnya dengan kawan-kawan FP2KC didukung penuh oleh AHM. Ia juga merasa tugas kemanusiaannya untuk menyelamatkan lingkungan tempat ia lahir dan bertumbuh kembang purna sudah. Kendati jalan itu harus dilaluinya dengan cara melawan tradisi puluhan tahun yang sudah turun-temurun membiak dari para pendahulunya. 

Akibat torehan itu, kini Cidadap menjadi laboratorium alam yang kerap dijadikan tempat riset akademisi-akademisi kampus terkemuka. Dari mulai Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Padjajaran (UNPAD), Universitas Gunadarma Jakarta, hingga Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Mereka datang dari lintas disiplin ilmu: mulai geologi hingga sosiologi. Bahkan di tahun 2017 tiga mahasiswa sosiologi UNPAD menjadikan Cidadap sebagai lokus riset skripsi mereka. Ada yang mengulas dari perspektif peralihan mata pencaharian, konflik tambang, hingga model wisata konservasi alamnya yang menawan.  

(Berbagai Kerajinan Kayu Warga Cidadap/Dok. KBA Cidadap)

Media massa juga tak mau kalah. Berduyun-duyun awak pers baik dalam maupun luar negeri mengabadikan kemajuan Cidadap yang diraih dengan tempo begitu sigap. Dari media berbahasa Arab macam al-Jazeera hingga media-media berpengaruh lain di belantara Eropa. 

Inilah setitik riwayat kampung Cidadap. Kampung mungil di ujung barat kabupaten Bandung yang lamat-lamat mulai bangkit dari keterpurukan menuju cahaya yang terang benderang. Warga yakin, mereka bisa tumbuh lebih maju tanpa asupan tambang. Dan AHM mengajarkan pada warga bahwa tak ada upaya perlawanan terbaik menghadapi ketertinggalan kecuali melalui jalan penyadaran dan pemberdayaan.

(Cidadap Bergeliat/Dok. KBA Cidadap)




78 Responses to " Melawan dengan Penyadaran "

  1. Perlu ditiru pergerakan Mas Deden untuk Cidadap yang membuatnya semakin asri. Terimakasih Mas Muhammad Khoirul Anwar, tulisan ini menginspirasi sekali. Saya harap ada orang2 seperti Mas Deden lainnya. Aamiin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas apresiasinya penyair muda idola. ^-^

      Hapus
    2. bolloy akun facebookmu kok tidak aktif

      Hapus
  2. Gustiii... Mataku berkaca-kaca, ruang pikirku meloncat jauh ke Cidadap dan berusaha mencoba merasakan bagaimana rasanya berada di tengah-tengah orang yang sedang beribadah; melestarikan alam dan pikir yang sehat.

    Saya sadari, mengabdi pada Tuhan seperti apa yang dilakukan Kang Deden itu tidak segampang para penceramah berbicara di atas mimbar kontestasi politik. Semoga warga Cidadap senantiasa diberikan kemudahan-kemudahan dalam mencapai cita dan cinta.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Upaya tanpa henti untuk melestarikan lingkungan memang telah menjadi pemandangan yang jamak di kampung Cidadap. Bagi mereka hal itu merupakan ibadah sosial yang nilainya tak kalah penting dengan ibadah ritual.

      Sebab pada dasarnya, upaya menjaga keberlanjutan lingkungan adalah manifestasi dari keberimanan seseorang. Shaleh ritual senantiasa berjalan seiring dan seirama dengan shaleh sosial.

      Dan ini telah dibuktikan dengan baik oleh masyarakat Cidadap.

      Hapus
  3. Melihat kampung cidadap saya jadi teringat kampung halaman sendiri. Tepatnya di palimanan cirebon barat. Penambangan karst di sini sudah berjalan selama puluhan tahun tanpa ada kesadaran utk mengkonservasinya. Padahal kerusakan lingkungan maupun korban manusianya sudah tidak terhitung jumlahnya.

    Kapan astra mau menengok kampung halamanku?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya kira tak perlu menunggu siapapun untuk mulai mengawali gerakan penyadaran ini. Sebab pada dasarnya perubahan yang hakiki bisa terlaksana jika itu dilakukan dari dalam. Kaum terdidik seperti Hamdan mustinya bisa menjadi motor penggerak untuk mengajak teman-teman mahasiswa lainnya yang sekampung halaman untuk membuat gerakan penyadaran pada masyarakat. Setelah itu pihak lain saya yakin akan tergerak untuk membantu.

      Bukan begitu? ^_^

      Hapus
  4. Aku jadi teringat kampung halaman sendiri. Benar, seperti yang digeluti Mas Deden dengan model Konservasi ekologi nya,pada ahirnya mampu menyalakan lilin kesepahaman di belantara keberagaman idea. Salut.. inspiring, inovatif, kreatif.

    BalasHapus
    Balasan
    1. “Sudahi mengutuk kegelapan. Mari nyalakan lilin pencerahan.” Begitu kira-kira slogannya ya Wy?

      Saya bersepakat. Lilin, kendati cahayanya lamat-lamat merambat, jika ia terus bertambah maka akan menjadi maha cahaya yang sanggup menerangi (katup kesadaran) semuanya.

      Hapus
  5. Mudah mudahan dapat menular di setiap penjuru kampung... Revolution with education

    BalasHapus
  6. Bagi siapapun, mestinya menyadari bahwa hal-hal kecil yang dilakukan akan berdampak pada hal besar, bahkan perubahan. Seperti yang diceritakan dari kisah pak Deden tadi bahwa dengan demo dan perlawanan mereka tidak bisa. Namun, dengan melakukan perbaikan dari hal kecil seperti membuang sampah pada tempatnya, menyadarkan warga sama lingkungannya sendiri. Itulah yang belum disadari oleh masyarakat pada umumnya. Intinya, lakukanlah perbuatan baik tanpa merugikan dan menyinggung orang yang secara nalar dia adalah lawan, karena apa yang kita anggap lawan pun mereka punya nalar dan hati sebagai fitroh dari manusia.Lalu bagaimana dengan kejadian-kejadian yang lainnya ?. Saya rekomendasikan untuk membaca artikel ini dan mulailah dari diri sendiri untuk berbenah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju Dudung.

      Perubahan itu tidak dimulai dari luar dengan animo yang besar. Perubahan yang substansif justru kerapkali dimulai dari dalam dengan tensi yang sunyi. Sayangnya kesadaran fundamental seperti ini jarang sekali dimiliki.

      Hapus
  7. Cidadap hebat.
    Astra dahsyat. 👍👍👍

    BalasHapus
  8. Hadeuuuh kapan cirebon bisa meniru cidadap dalam merespon penambangan karst???

    BalasHapus
    Balasan
    1. Harus ada yang memulai.

      Maukah Aldi mengawali langkah besar ini?

      ^_^

      Hapus
  9. Waduh, jadi pengen riset langsung ke cidadap untuk bahan tesis nanti.

    Barangkali saja tesisku tentang cidadap bs menjadi langkah penting pengambil kebijakan untuk mengkonservasi lahan bekas tambang di palimanan.

    Salut utk masyarakat cidadap dan astra! 🙂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, begini baru keren. Karya akademik sudah semestinya berangkat dari problematika riil yang terjadi di tengah masyarakat. Bukan hanya sekedar mendaur ulang gagasan dan kata-kata dari para pemikir berabad silam.

      Saya doakan tesisnya Didi meraih predikat memuaskan. ^_^

      Hapus
  10. Aktivis lingkungan yang inspiratif. Keren.

    BalasHapus
  11. Hmm.. saya enggak nyanka bahwa masih ada masyarakat kreatif dan berinovatif seperti masyarakat Cidadap.

    Cidadap keren, good job

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berarti Syauqi kurang piknik.

      Keluarlah dari kamar. Dan lihat betapa menakjubkannya Indonesia. ^_^

      Hapus
  12. Semoga banten yang penuh dengan perusahaan dan pabrik bisa mengambil pelajaran dari kampung cidadap.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin.

      Gerakan ini harus dimulai oleh para santri dulu sepertinya Kiai.

      ^_^

      Hapus
  13. Siapa yang tidak iba melihat kampung halamannya dijadikan tempat penambangan kapur yang sedikit demi sedikit terus menggerus kelestarian alamnya, tapi hanya segelintir orang yang mau bertindak untuk membenahi hal tersebut. Salut dengan kegigihan pemuda di Desa Cicadap, juga dengan AHM yang turut membantu upaya konservasi alam disana.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga kondisi sedemikian tidak menimpa kampung-kampung lainnya ya As? Dan semoga kian banyak lagi pemuda yang terinspirasi oleh geliat penyadaran para pemuda Cidadap. Pada akhirnya, mudah-mudahan juga banyak perusaan lain yang ikut jejak langkah AHM dalam kepedulian mengkonservasi lingkungan menjadi lebih asri lagi.

      Hapus
  14. Jarang sekali khususnya mereka para penulis, menyempatkan karyanya untuk menyentuh keadaan alam yang kian hari kian menyedihkan, didorong pula dengan usia alam yang semakin rentah, karena itu tidak elok rasanya kalau tak memberikan apresai setinggi-tingginya kepada mas khairul anwar sebagi penulis yang dimana kini beliau menulis karya yg bertema alam ini, saya yakin bagi para pembaca dimanapun pasti terpanggil dan menghadirkan dalam pikirannya keadaan yang ada di sekitarnya. Saya harap itu tidak terlitas hanya pada pikirannya saja, namu dapat di realisasikan dalam sebuah tindakannya, tulisan ini merupakan sebuah referensi yang nyata bahwa alam butuh sentuhan tangan dari kita, tentu sentuhan yang dibutuhkan ialah konservasi wujud kepedulian kepada alam. Banyak sekali yang telah diberikan alam kepada kita. Alam layaknya seorang ibu yang memberikan apa saja yang inginkan anaknya walaupun itu menyakitkan dan memberatkan, begitu pun dengan alam kepada kita. Kang Deden seorang pemuda asal Cidadap padalarang Bandung Barat membutikan kesetian seorang anak pada ibu pertiwi ini, kang deden namamu takam terkenal sperti layaknya artis, namamu selalu teriang pada elok keindahan cidadap, namamu terpahat pada tebing-tebing citatah....

    Kang deden tidak ada kata yang mulia selain terima kasih atas jasamu dan teman yang ikut dalam merawat alam

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas apresiasinya Royani. Semoga harapan bahwa tulisan ini bisa menggerakkan orang terkabul semesta.

      Saya suka sekali dengan metafora alam adalah ibu dan kita, homo sapiens ini, adalah anak-anak bandel nan manja yang minta apa saja selalu dipenuhi. Metafora ini memukul kesadaran batin kita bahwa banyak sekali Malin Kundang di era modern ini yang sudah mendurhakai ibunya (alam). Padahal semua kebutuhan kita sejak membuka mata hingga menutup mata sudah dipenuhi dengan baik oleh ibu. Tapi balasan kita adalah melukai hatinya tanpa henti. Siang dan malam.

      Kang Deden adalah satu dari sedikit manusia modern yang masih mengerti bagaimana caranya berbakti pada ibu (pertiwi) dengan nalar dan hati.

      Hapus
  15. Tidak ada ayat yang paling tepat untuk menggambarkan cidadap kecuali ayat mina dzulumati ila nur. Dari kegelapan (tambang) menuju cahaya yang terang benderang (ecovillage astra).

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mirip seperti slogannya Ibu Kartini ya?

      Habis Gelap Terbitlah Terang.

      ^_^

      Hapus
  16. Kalo dalam Dasa Dharma Pramuka itu ada "cinta alam dan kasih sayang sesama manusia". Kang Deden dan masyarakat di Kampung Cidadap sudah betul betul mengimplementasikannya.
    Potret kampung seperti Cidadap ini harus di getok tularkan ke kampung kampung atau desa yang lain, agar bisa lahir "cidadap" yang lain, kampung yang sadar akan kelestarian alam, mandiri dalam ekonomi, masyarakat yang kompak, dan saling menyayangi.
    AHM juga kiranya bisa melihat ke kampung kampung lain agar sehingga bisa memberikan kontribusi kemanfaatan dan keberkahan lebih luas lagi. Keren AHM.

    Kang deden dan seluruh masyarakat Cidadap tetap semangat untuk berkarya, AHM tetap semangat dalam mengabdi dan membantu masyarakat, juga Gus Khoirul Anwar KH sebagai seorang penulis handal dan keren, tetaplah berkarya untuk perubahan masyarakat yang lebih baik.

    Shollu 'ala annabi Muhammad.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Allahumma sholli alayh....

      Kelasnya guru teladan memang beda kalau sudah ngasih komentar. Ngutipnya bukan lagi quote-quote murahan yang biasa bertebaran di lini media sosial. Tapi langsung kitab babon jamaah kepanduan berupa Dasa Dharma Pramuka. ^_^

      Setuju. Pemuda Cidadap adalah miniatur dari implementasi Dasa Dharma Pramuka yang nyata. Kumpulan teks Dasa Dharma sudah lagi bukan berupa slogan tanpa makna. Melainkan sudah menjadi gerakan yang membuahkan perubahan yang nyata.

      Saya yakin Astra pasti sedang mempersiapkan dengan matang bagaimana menyulap kampung-kampung lainnya di sekujur Indonesia menjadi “kampung Cidadap” selanjutnya. Kampung yang mengerti betul bagaimana mengelola lingkungan dengan baik dan bagaimana bisa berdikari secara ekonomi dari kekayaan alamnya tanpa harus terjadi destruksi.

      Hapus
  17. Sudah semestinya kita sebagai manusia yang ditugaskan oleh Allah SWT.sebagai khalifah dimuka bumi ini menjaga dan melestarikan alam semesta. Tidak sedikit kita melihat human damage berakibat pada masyarakat itu sendiri. Sebagaimana firman Allah SWT. QS. Ar-Rum:41"Telah nampak kerusakan didarat dan dilaut disebabkan karena perbuatan tangan manusia,Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar". Kisah Deden,seorang pemuda desa Dadap merupakan inspirasi bagi kita,bahwa kita harus memiliki kepekaan sosial bagi kemaslahatan orang banyak. Walaupun rintangan yang kita hadapi begitu sulit kita harus optimis bahwa Allah menjanjikan kemudahan apalagi kita berada pada koridor yang benar. Allah memotivasi kita 1 kesulitan ada 2 kemudahan. Memang menyadarkan masyarakat yang bekerja di penambangan tidak mudah karena kaitannya dengan mata pencaharian mereka, ketika mereka diberhentikan otomatis kita harus menyediakan lapangan pekerjaan buat mereka. Di sisi lain penambangan juga merusak cagar alam dan lingkungan sekitarnya. Deden dan FP2KC menginspirasi kita bagaimana mencari solusi terbaik yang bisa dilakukan ketika menghadapi masyarakat yang kurang sadar terhadap kelestarian lingkungan hingga tertarik menjadi seorang yang mau memperhatikan cagar alam dan budaya. Sehingga desa dadap bida menjadi desa percontohan bagi desa yang lainnya. Harusnya ini dikembangkan kepada desa-desa yang memiliki potensi cagar alam yang dijadikan eksploitasi oleh para pengusaha yang hanya mementingkan sekelompok saja. Terima kasih buat Deden yang telah memberikan kontribusi bagi desanya dan juga kita semua, kang khaerul anwar yang terus eksis menulis yang bisa menambah wawasan kita, juga buat AHM yang aktif dalam membina desa melalui program lingkungan,pendidikan dsb. Mudah-mudahan Allah SWT senantiasa memberikan ide ide dan gagasan yang bermanfaat bagi sesamanya. Mari kita menjadi pribadi yang selalu aktif menyuarakan kebaikan...bukankah begitu?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih pak Kepala Sekolah atas komentarnya yang panjang x lebar. Sebuah kehormatan bagi saya mendapat apresiasi dari orang yang begitu saya takzimi. Apa yang sampeyan utarakan 1000% benar dan saya mengamininya.

      Bahwa destruksi di muka bumi ini tak lain karena perbuatan manusia itu sendiri. Dan yang bisa mengembalikannya seperti semula (konservasi) juga manusia sendiri. Pertanyaannya sekarang tinggal: apakah manusia mau apa tidak. Bukan begitu pak Kepsek?

      Ammmin. Semoga Tuhan sang penggenggam semesta senantiasa menjaga daya cipta dan daya kreasi kita agar senantiasa sanggup menebar kebaikan ke segala penjuru mata angin.

      Hapus
  18. Dadap memang sangat menginspiratif sekali, namun apakan semua semua yang terbangun melalui suwadaya masyarakat, atau ada pihak lain.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di samping swadaya masyarakat, juga ada kiprah korporasi yang peduli pada restorasi lingkungan Pak Guru. Seperti Astra contohnya.

      Hapus
  19. Luar biasa kang deden debes lahh. Semoga kang deden dan masyarakat cidadap diberikah kemudahan dalam mencapai cita-citanya.

    BalasHapus
  20. Maasyaa Allaah... benar-benar tergugah setelah membaca artikel ini, untuk kang Deden benar-benar sangat memotivasi dan menginspirasi sekali, semoga gagasan-gagasan yang cemerlang seperti ini bisa di terapkan di setiap daerah-daerah yang mengalami hal serupa seperti desa Cidadap ini, aamiin...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiiiiin ya Rabbal Alamin.
      Doa yang baik pasti akan sanggup mengetuk langit.
      Terimakasih untuk apresiasinya Iin... ^_^

      Hapus
  21. Semoga dapat dijadikan contoh untuk daerah lain yg juga mengalami permasalahan serupa, Aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mudah-mudahan daerah lain juga segera ikut tersengat inspirasi dari Cidadap ya Mbak?

      Hapus
  22. Kang deden, pemuda cidadap, dan astra mantaaap jiwa

    BalasHapus
  23. Penambangan tanpa ada itikad konservasi yang baik hanya akan menjadi bom waktu di hari kemudian.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju 1000 persen dengan Rilo.

      Sayangnya mayoritas yang terjadi demikian.

      Hapus
  24. Cidadap emang layak jadi kampung percontohan. Bravo!

    BalasHapus
  25. Saya setuju. Tidak ada strategi advokasi paling keren kecuali dgn penyadaran.

    BalasHapus
  26. Setiap wilayah di Indonesia memiliki potensi'y masing" tinggal bagai mana peran negara atau instansi yg peduli akan potensi tersebut berperan, seperti Astra Indonesia,
    Lanjutkan dan semoga daerah lain juga bisa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bayangkan andai seluruh wilayah di sekujur Indonesia sanggup memaksimalkan potensinya, pasti negeri agraris nan bahari ini akan segera menjadi adidaya dunia selanjutnya.

      Hapus
  27. Semangat dari Kang Deden & pemuda kampung Cidadap sangat patut di apresiasi. Perjuangan mereka dalam membangun kampung yang kaya akan cagar alam & budaya benar2 hal yang tidak mudah. Dan rasanya perjuangan yang sukses itu semakin terasa dgn hadirnya AHM. Semoga kampung Cidadap akan terus bertahan dan di kenal sebagai kampung wisata lingkungan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Keduanya (pemuda Cidadap dan AHM) ibarat simbiosis mutualisme yang begitu menawan. Satu sama lain bukan untuk saling me-negasi. Tapi justru untuk saling menguatkan demi terciptanya lingkungan yang berkelanjutan.

      Saya aminkan doanya Putri ya? ^_^

      Hapus
  28. Seperti judul yang ditulis "Melawan dengan Penyadaran" mas khairul anwar dan kang deden memberi perlawanan melalui penyadaran pada saya selaku perasa. Dan AHM trimakasi mau bekerjasama.
    Desa adlh miniatur indonesia. Ketika desa maju indonesia juga akan maju. Mari bergerak mulai dr desa. 😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya suka sekali dengan kalimat terakhirnya: “Desa adalah miniatur indonesia. Ketika desa maju Indonesia juga akan maju. Mari bergerak mulai dari desa”. Walau singkat dan padat, kalimat ini sungguh bertenaga untuk membangkitkan semangat.

      Memang betul, perubahan selayaknya digalakan mulai dari desa. Sebab desa-lah penopang Indonesia yang sejatinya. Sekali lagi terimakasih atas apresiasinya Fatihah ^_^

      Hapus
  29. Perusahaan seperti Astra harusnya dicontoh oleh perusahaan-perusahaan lain, agar masyarakat desa tambah maju.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga komentar Ono dibaca oleh seluruh perusahaan di Indonesia. ^_^

      Hapus
  30. Maju desanya.
    Bahagia warganya.
    Sejahtera negerinya.
    Mantap ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rasanya saya familiar dengan tagline ini Anam. ^_^

      Tapi parafrase itu memang benar.

      Hapus
  31. Inikah yang dinamakan baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur itu? ��

    BalasHapus
  32. Kalo dlm pepatah sunda wiwitan berbunyi gunung ulah dilebur, lebak ulah dirusak (gunung jangan dilebur, sawah jangan dirusak). Sayangnya pepatah ini gak banyak digunakan oleh org modern zaman skrng. Padahal pepatah itulah yg membuat kehidupan terus berjalan dgn berkah dan lingkungan terus terjaga dgn berkelanjutan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya bergetar membaca parafrase dari saudara-saudara kita Sunda Wiwitan. Saya berpikir memang masyarakat adat-lah sebenarnya benteng terakhir dari keberlanjutan kelestarian alam kita. Sebab mereka bukan saja menganggap alam sebagai sumber kekayaan, melainkan alam adalah ruh dan jiwa yang juga harus dijaga kesuciannya. Negeri ini harus belajar banyak dari masyarakat adat mengenai bagaimana semestinya “bercengkrama” dengan alam.

      Terimakasih Muminah sudah mau mengingatkan saya pada parafrase yang menggetarkan ini.

      Hapus
  33. Aku udah liat di youtube tentang cidadap. Kereeen abis perjuangan para pemudanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mantap.
      Setelah lihat via Youtube, kini tinggal berselancar secara nyata ke Padalarang. Biar lebih afdhol. ^_^

      Hapus
  34. Terimakasih, artikelnya cukup menggugah saya. Semoga, gerak terarak, sebuah gagasan yg mungkin bisa ditiru bagi masyarakat pesisir Indramayu yg terus digempur krisis agrariaaa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Syukurlah kalau "cukup" menggugah. ^_^
      Semoga saja gerakan ini akan menjadi gerakan semesta.

      Hapus

  35. Sbagai org teknik sipil aku kadang menghadapi dilema antara tugas vs menjaga lingkungan.

    Tp tulisan ini sdikit menyadarkan mana yg hrs dipilih.

    BalasHapus
  36. Kadang dakwah kultural lebih berpengaruh membawa perubahan nyata daripada dakwah struktural belaka... Semoga bumi ini semakin sehat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju Ghiffar.
      Yang kultural selalu lebih keren ketimbang struktural yang formal dan seremonial. ^_^

      Hapus
  37. Membaca tulisan ini teringat lagu merdu zaman dahulu:

    Lestari alamku lestari desaku
    Dimana Tuhanku menitipkan aku
    Nyanyi bocah-bocah di kala purnama
    Nyanyikan pujaan untuk nusa

    Damai saudaraku suburlah bumiku
    Kuingat ibuku dongengkan cerita
    Kisah tentang jaya nusantara lama
    Tentram kartaraharja di sana

    Mengapa tanahku rawan ini
    Bukit bukit telanjang berdiri
    Pohon dan rumput enggan bersemi kembali
    Burung-burung pun malu bernyanyi

    Kuingin bukitku hijau kembali
    Semenung pun tak sabar menanti
    Doa kan kuucapkan hari demi hari
    Kapankah hati ini kapan lagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dinyanyikan di sore hari menjelang senja.
      Ditemani sepoy angin sawah dan semerbak wangi bulir padi yang telah menguning.
      Sempurna. ^_^

      Hapus
  38. Alhamdulillah masih ada pemuda yg peduli terhadap lingkungan nya, dan semoga tulisan ini bisa menjadi sebuah penyadaran dan motivasi bagi pemuda yg lainya, khususnya saya pribadi.
    Terimakasih teruntuk guru kami mas @M Khoirul Anwar KH

    BalasHapus
  39. Bagiku ini merupakan contoh feature/indept reporting yang menarik. Menggunakan bahasa sastrawi tanpa harus terjatuh pada kesan bertele-tele. Lugas dan padat seperti umumnya produk berita/warta tetapi human interes-nya tetap terjaga.

    Juga cukup cover both side (berimbang) karena menggunakan narasumber dari dua arah: pihak Cidadap dan Astra. Jadi kesannya tidak monologis layaknya blogger pada umumnya. Tapi dialogis dengan citarasa yang tetap enak dibaca.

    Data-datanya pun komprehensif. Dengan uraian yang mudah dipahami. Walau sederhana, narasinya lumayan memikat. Tiga prasyarat tulisan yang baik sudah dipenuhi dengan baik. Yaitu gaya tulisan, konten tulisan, dan makna tulisan. Gayanya naratif deskriptif. Kontennya relevan dan cukup komprehensif. Maknanya sangat reflektif dan inspiratif.

    Sebagai murid menulis mas Anwar (baik itu dalam karya sastra, karya jurnalistik, maupun karya ilmiah), saya merasa apa yang ia sampaikan ketika menjadi pemateri penulisan sama persis dengan produk tulisannya. Jadi tidak hanya teori. Tapi praktek serta teorinya sangat selaras.

    Pokoknya satu kata buat mas Anwar: juaraaaaa! ✊

    BalasHapus
  40. Lumer saat baca,smackdown selalu mas anwar....

    BalasHapus