Waktu itu saya tengah menggebu-gebunya menjadi aktivis gender. R.A. Kartini, tentu saja, saya jadikan icon dan inspirasi feminisme Nusantara. Meski sebenarnya, saya lebih tertarik dengan Catatan Harian Kartini yang monumental itu: Habis Gelap Terbitlah Terang. Atau dalam bahasa Qur’an: min ad dzulumati ila nur. Catatan ini saya kira yang mengilhami Soe Hok Gie dan Ahmad Wahib untuk membuat catatan kritis-otobiografis di tahun-tahun kemudian.
Maka sebagai apresiasi, inilah essai saya yang mendedah Kartini di koran Seputar Indonesia tahun 2008 (saya lupa detail tanggalnya):
0 Response to " Nostalgia 3 "
Posting Komentar